Selasa, 11 Oktober 2011

unsur pembangun puisis

Unsur-unsur Pembangun Puisi
Banyak teori tentang unsur pembangun puisi yang dikemukakan oleh para ahli yang ditinjau dari berbagai macam pendekatan dalam apresiasi puisi.
Richards mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari:
1.    Hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone)
2.   Metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima (Waluyo, 1987: 27).
Waluyo (1987: 27-28) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
Menurut Jabrohim (2001: 34), dalam puisi terdapat 7 unsur struktur fisik, yaitu, diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, tipografi, dan sarana retorika. Sedangkan struktur batin puisi yaitu, tema, nada, perasaan, dan amanat.
Dari beberapa teori unsur pembangun puisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulkan unsur pembangun puisi ke dalam dua bagian yaitu:
  1. Struktur fisik
Unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik yang diuraikan sebagai berikut:
  1. Diksi
Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction yang oleh Hornby diartikan sebagai choise and use of words. Oleh Keraf diksi disebut pula pilihan kata (Jabrohim, 2001: 35).
2.Pengimajian
Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. Sedangkan membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut citraan atau imajinasi (Jabrohim, 2001: 36).
Jadi, pengimajian adalah angan, pikiran, dan pengalaman pengarang hingga membentuk bahasa yang seolah-olah dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh pembacanya.
3.Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca (Jabrohim, 2001: 41).
4.Bahasa figuratif
Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna (Waluyo, 1987: 83).
5.Versifikasi
Versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum.
Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris atau bait puisi (Jabrohim, 2001: 53-54).
Ritma adalah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim, 2001: 53).
Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu (Jabrohim, 2001: 54).
6.Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama (Jabrohim, 2001: 54).
7.Sarana retorika
Sarana retorika adalah muslihat pikiran. Muslihat pikiran ini berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir (Jabrohim, 2001: 57).
2.   Struktur batin
Menurut Waluyo (1987: 106), struktur batin puisi ada empat unsur, yakni:
  1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo, 1987: 106). Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut menjadi dasar puisi yang dicipta oleh penyair.
2.   Perasaan penyair
Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula.
3.  Nada dan suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca (Waluyo, 1987: 125).
4.   Amanat
Amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya (Jabrohim, 2001: 67).
DAFTAR PUSTAKA
Jabrohim, Suminto, dan Charil Anwar. Menulis Kreatif. 2001. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. 1987. Surakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar