Kamis, 03 November 2011

struktur kalimat pasif dalam novel nayla

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesama. Dengan demikian, bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, bahasa merupakan bentuk alat yang digunakan sebai alat ujaran dalam kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda. Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)
Penelitian tentang penggunaan kalimat pasif pada tataran sintaksis memiliki tujuan untuk mengetahui bebtuk-bentuk ataupun beberapa jenis kalimat pasif dalam bahasa Indonesia dalam tataran sintaksis yang khususnya mencakup kalimat pasif dalam novel Nayla.  Pendeskripsian kalimat-kalimat pasif dalam penelitian ini, menggunakan data yang berupa kalimat-kalimat pasif dalam karya sastra novel  .
Pemilihan objek kajian karya sastra novel merupakan bentuk pemaparan beberapa macam penggunaan kalimat pasif. Dalam novel Nayla terdapat beberapa beberapa macam kalimat pasif yang digumakan pengarang dalam pembentukan dialog-dialog tokoh dalam novel tersebut.
1.2.Batasan Masalah
Dalam pembahasan lebih lanjut maka permasalahan yang akan di kaji dibatasi terlebih dahulu sebagai berikut.
1.      Jenis-jenis kalimat pasif dalam bahasa Indonesia.
2.      Proses pembentukan kalimat pasif dalam tataran sintaksis.
1.3.Rumusan Masaalah
Adapun rumusan masalah yang berkaitan dengan penggunaan kalimat pasif ini berdasarkan batasan masalah tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1.      Jenis-jenis kalimat apa saja yang termasuk dalam kalimat pasif.
2.      Macam-macam kalimat pasif yang muncul dari proses pembentukannya.
1.4.Tujuan dan Manfaat
1.4.1.      Tujuan
Penggunaan kalimat pasif adalah penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan :.
1.      Mendeskripsikan kalimat-kalimat pasif dalam novel Nayla.
2.      Mendeskripsikan Jenis-jenis kalimat pasif dalam novel nayla
1.4.2.      Manfaat
Sedangkan manfaat penelitian tersebut adalah:
1.      Memberikan pengetahuan mengenai kalimat pasif dalam novel Nayla.
2.      Memberikan pengetahuan mengenai kalimat pasif yang dominan dalam novel Nayla.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian kalimat pasif
            Masalah penggunaan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia merupakan pembahasan yang telah diteliti oleh banyak peneliti terdahulu.
            Herman (2010:53)mengatakan bahwa kalimat pasif merupakan kalimat turunan yang dibentuk dengan menggunakan verba pasif, yaitu verba yang dibentuk dengan menambahkan awalan tertentu, seperti awalan di- dalam bahasa Indonesia, pola intonasi akhir turun, dan dengan ketentuan bahwa objek kalimat inti menjadi subjek kalimat pasif.
Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut. Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1 dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif.

2.2. Bentuk-bentuk kalimat pasif
            2.2.1. Kalimat Pasif dengan Afiks di-
Dalam kalimat pasif, me(N)- berubah menjadi di-. Sufiks -kan atau -i tidak hilang. Hanya kalimat transitif yang bisa menjadi kalimat pasif.  Dalam novel nayla dapat dilihat contoh kalimat pasif .
Contoh :
Tentang suaminya menemui  saya namun tak pernah diijinkan Ibu.
            S                         P             0                            K
Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya
   S                   P                      K
Hadiah-hadiah yang diberikannya
            S                      P                 O/K
2.2.2. Kalimat Pasif dengan Persona
Subjek (agent) dalam kalimat pasif adalah bentuk persona : Anda, kamu, kalian, saya, aku, kami, kita, mereka, dan dia.
Contoh :


2.2.3.      Kalimat pasif dengan afiks ter-
Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Contoh:
Ibu yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh
 S           P                                O                     K
Seseorang yang terjatuh kedalam sumur itu
            S          P                                  O        
2.2.4.      Kalimat pasif dengan afiks ke-an
Selain berciri verba berawalan di-, ter- dan persona, kalimat pasif ditandai oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.
Contoh:
Kesadaran saya mulai berangsur pulih
            S                      P                       K
Ia kelihatan tak berniat duduk
S                      P                   K

2.3. Hasil penelitian relevan
            Penggunaan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia sangat menarik untuk diteliti. Pembahasan ini telah dikaji oleh beberapa penulis sebelumnya. Hal ini yang membuat penulis semakin yakin untuk membahas mengenai kalimat pasif khususnya yang terdapat dalam novel Nayla.
            Penelitian ini hampir sama dengan penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya yang membahas mengenai penggunaan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia. Namun, pada penelitian ini lebih khusus pada penggunaan dan macam-macam kalimat pasif dalam novel Nayla. Dalam penelitian ini tidak hanya membahas mengenai kalimat pasif, namun juga membahas perubahan-perubahan yang terjadi pada penggunaan kalimat pasif dalam novel Nayla.
2.4. Kerangka pikir
            Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat judul penggunaan kalimat pasif dalam novel Nayla, data yang digunakan adalah data kalimat pasif dan macam-macam kalimat pasif yang terdapat dalam novel Nayla. Kalimat pasif mempunyai beberapa bentuk diantaranya yaitu kalimat pasif dengan afiks di-, kalimat pasif dengan persona, kalimat pasif dengan afiks ter-, kalimat pasif dengan afiks ke-an dan proses-proses terbentuknya dalam novel Nayla. Proses pembentukan kalimat pasif dapat mempengaruhi struktur dan makna dalam sebuah kalimat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian ilmiah mewajibkan peneliti untuk memahami objek yang yang harus diteliti. Dengan demikian, peneliti dapat melakukan penelitian secara sistematis dengan merujut pada kerangka berfikir ilmiah. Metode yaitu cara untuk memahami objek yaitu dengan cara memahami objek tersebut.
Sebuah metode merupakan suatu yang mutlak dalam sebuah penelitian ilmiah. Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Namun khusus dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis data.
3.1. Metode Pengumpulan Data
Ada dua jenis metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
3.1.1. Penelitian pustaka
Penelitian pustaka digunakan untuk mendapat dan menghimpun data dari sumber-sumber atau literature-literatur yang ada relevansinya dengan objek penelitian mengenai bentuk-bentuk kalimat pasif khususnya pada novel Nayla. Data dari sumber-sumber yang digunakan berupa data  sekunder yang dikumpulkan untuk memperkuat pembahasan yang berupa landasan teori untuk membahas objek kajian tersebut.
3.1.2. Penelitian lapangan
Dalam metode pengumpulan data , penelitian lapangan digunakan untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini. Data primer diperoleh dari novel nayla(2008). Penelitian ini diterapkan dengan menggunakan metode-metode penelitian sebagai berikut:
a.       Metode pengamatan
Metode pengamatan ini dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan dan memeriksa kalimat-kalimat dalam novel nayla yang termasuk dalam kalimat pasif.
b.      Teknik catat
Teknik catat ini digunakan untuk mencatat data-data yang ditemukan selama penelitian.
3.2. Metode Analisis Data
            Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan metode-metode identifikasi data.
3.3. Sumber Data
            Dalam penelitian dan kaitannya dengan data peneliti membutuhkan sumber data. Dalam kaitannya dengan kalimat pasif data yang diambil adalah semua kalimat pasif yang terdapat dalam novel Nayla.
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1.  Populasi
            Semua kalimat yang termasuk kalimat pasif baik pasif di-, pasif ter-, pasif ke-an dan pasif persona yang terdapat dalam novel Nayla.
3.4.2. Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi yaitu data kalimat pasif dalam novel Nayla .

Kamis, 27 Oktober 2011

Bersastra dalam Bahasa: KATA TUGAS

Bersastra dalam Bahasa: KATA TUGAS: SINONIM KATA TUGAS Kata tugas ialah kata atau frasa yang tidak berfungsi sebagai unsur inti dalam sesebaris kalimat/frasa. MACAM-MACAM KA...

Selasa, 25 Oktober 2011

FEMINISME


TEORI FEMINISME DALAM GENDER
Pandangan bahwa feminis datang dari barat adalah salah, tetapi istilah feminis dan konseptualisasi mungkin datang dari Barat bisa dibenarkan. Sejarah feminis telah dimulai pada abad 18 oleh RA Kartini melalui hak yang sama atas pendidikan bagi anak-anak perempuan. Ini sejalan dengan Barat di masa pencerahan/The Enlightenment , di Barat oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis den Condorcet yang berjuang untuk pendidikan perempuan. Perjuangan feminist sering disebut dengan istilah gelombang/wave dan menimbulkan kontroversi/perdebatan, mulai dari feminis gelombang pertama (first wave feminism) dari abad 18 sampai ke pra 1960, kemudian gelombang kedua setelah 1960, dan bahkan gelombang ketiga atau Post Feminism. Istilah feminis kemudian berkembang secara negatif ketika media lebih menonjolkan perilaku sekelompok perempuan yang menolak penindasan secara vulgar (mis: membakar bra). Sebenarnya, setiap orang yang menyadari adanya ketidak adilan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan karena jenis kelaminnya, dan mau melakukan sesuatu untuk mengakhiri ketidak adilan/diskriminasi tersebut, pada dasarnya dapat disebut feminis. Batasan ini memang beragam dan terkadang diperdebatkan, mulai dari apakah seseorang itu harus perempuan, bisakah secara organisatoris serta merta disebut feminis, sampai di mana tingkat kesadaran dan pengetahuannya mengenai bentuk dan akar masalah ketidak adilan/diskriminasi, serta bagaimana orientasi ke depan dari orang tersebut
 Teori yang berpijak pada keadaan dimana jenis kelamin dipandang sebagai sebuah sumbu organisasi sosial yang fundamental dan tak bisa direduksi yang telah menempatkan perempuan dibawah lelaki. Teori feminisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu teori feminisme liberal, teori feminisme Marxis-Sosialis dan teori feminisme radikal.
1.      Teori Feminisme Liberal
Teori ini berpendapat bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Karena itu perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Meskipun demikian, kelompok feminis liberal menolak persamaan secara menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa hal masih tetap ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun juga, fungsi organ reproduksi bagi perempuan membawa konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat (Ratna Megawangi, 1999: 228). Pada teori ini mengatakan bahwa perempuan diintegrasikan secara total dalam semua peran, termasuk bekerja di luar rumah. Dengan demikian, tidak ada lagi suatu kelompok jenis kelamin yang lebih dominan. Organ reproduksi bukan merupakan penghalang bagi perempuan untuk memasuki peran-peran di sektor publik.
2.      Teori Feminisme Marxis-Sosialis
Teori Feminisme ini bertujuan mengadakan struktur masyarakat agar tercapai kesetaraan gender. Ketimpangan gender disebabkan oleh sistem kapitalisme yang menimbulkan kelas-kelas termasuk di dalam keluarga. Teori ini  mengadopsi teori praxis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum perempuan sadar bahwa mereka merupakan ‘kelas’ yang tidak diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah usaha untuk membangkitkan rasa emosi para perempuan agar bangkit untuk merubah keadaan (Ratna Megawangi, 1999: 225). Berbeda dengan teori sosial-konflik, teori ini tidak terlalu menekankan pada faktor akumulasi modal atau pemilikan harta pribadi sebagai kerangka dasar ideologi. Teori ini lebih menyoroti faktor seksualitas dan gender dalam kerangka dasar ideologinya. Teori ini juga tidak luput dari kritikan, karena terlalu melupakan pekerjaan domistik. Marx dan Engels sama sekali tidak melihat nilai ekonomi pekerjaan domistik. Pekerjaan domistik hanya dianggap pekerjaan marjinal dan tidak produktif. Padahal semua pekerjaan publik yang mempunyai nilai ekonomi sangat bergantung pada produk-produk yang dihasilkan dari pekerjaan rumah tangga, misalnya makanan yang siap dimakan, rumah yang layak ditempati, dan lain-lain yang memengaruhi pekerjaan publik tidak produktif. Kontribusi ekonomi yang dihasilkan kaum perempuan melalui pekerjaan domistiknya telah banyak diperhitungkan oleh kaum feminis sendiri. Kalau dinilai dengan uang, perempuan sebenarnya dapat memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dari sector domistik yang dikerjakannya (Ratna Megawangi, 1999: 143).
3.       Teori Feminisme Radikal
Teori ini berkembang pesat di Amerika Serikat pada kurun waktu 1960-an dan 1970-an. Meskipun teori ini hampir sama dengan teori feminisme Marxis-sosialis, teori ini lebih memfokuskan serangannya pada keberadaan institusi keluarga dan sistem patriarki. Keluarga dianggapnya sebagai institusi yang melegitimasi dominasi laki-laki (patriarki), sehingga perempuan tertindas. Feminisme ini cenderung membenci laki-laki sebagai individu dan mengajak perempuan untuk mandiri, bahkan tanpa perlu keberadaan laki-laki dalam kehidupan perempuan. Elsa Gidlow mengemukakan teori bahwa menjadi lesbian adalah telah terbebas dari dominasi laki-laki, baik internal maupun eksternal. Martha Shelley selanjutnya memperkuat bahwa perempuan lesbian perlu dijadikan model sebagai perempuan mandiri (Ratna Megawangi, 1999: 226). Karena keradikalannya, teori ini mendapat kritikan yang tajam, bukan saja dari kalangan sosiolog, tetapi juga dari kalangan feminis sendiri. Tokoh feminis liberal tidak setuju sepenuhnya dengan teori ini. Persamaan total antara laki-laki dan perempuan pada akhirnya akan merugikan perempuan sendiri. Laki-laki yang tidak terbebani oleh masalah reproduksi akan sulit diimbangi oleh perempuan yang tidak bisa lepas dari beban ini.

KATA TUGAS


SINONIM KATA TUGAS
Kata tugas ialah kata atau frasa yang tidak berfungsi sebagai unsur inti dalam sesebaris kalimat/frasa.
MACAM-MACAM KATA TUGAS
Kata tugas terbagi menjadi beberapa kelompok diantaranya yaitu:
·         Kata depan
-          di→pada(daripada,kepada)
contoh : Dia mendalami pengetahuan agamanya di madrasah aliyah.
               Pemeriksaan semester kedua akan berlangsung pada bulan oktober.
-          Bagi → untuk
Contoh: Rumah untuk / bagi anak-anak yatim itu akan dinaik taraf
-          Tentang → mengenai
Contoh : Mereka membicarakan tentang kebersihan sekolah
-          umpama→bagai→laksana→seperti
contoh : Dia menurutkan hati mudanya yang keras bagai batu.
·         Kata penghubung
-          Kata Penghubung Pertentangan :tetapi→ akan tetapi,melainkan → namun
-          Kata Penghubung Temporal (waktu) :apabila → bila → bilamana, sambil→ seraya →  selama →sementara, sedari → sejak  → semenjak
-          Kata Penghubung Final (tujuan) : supaya → agar
-          Kata Penghubung Tak Bersyarat :walaupun→ meskipun →biarpun
-          Kata Penghubung Penjelas (penetap) :bahwa/bahwasanya
-          Kata Penghubung Pembenaran (konsesif) :seperti.,serupa
-          Kata Penghubung Urutan : mula-mula-pertama-tama
-          Kata Penghubung Situasi: sedangkan, padahal

·         Kata keterangan aspek
-          Aspek Duratif: sedang, sementara.
-          Aspek Perfektif: sudah, telah