Kamis, 27 Oktober 2011

Bersastra dalam Bahasa: KATA TUGAS

Bersastra dalam Bahasa: KATA TUGAS: SINONIM KATA TUGAS Kata tugas ialah kata atau frasa yang tidak berfungsi sebagai unsur inti dalam sesebaris kalimat/frasa. MACAM-MACAM KA...

Selasa, 25 Oktober 2011

FEMINISME


TEORI FEMINISME DALAM GENDER
Pandangan bahwa feminis datang dari barat adalah salah, tetapi istilah feminis dan konseptualisasi mungkin datang dari Barat bisa dibenarkan. Sejarah feminis telah dimulai pada abad 18 oleh RA Kartini melalui hak yang sama atas pendidikan bagi anak-anak perempuan. Ini sejalan dengan Barat di masa pencerahan/The Enlightenment , di Barat oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis den Condorcet yang berjuang untuk pendidikan perempuan. Perjuangan feminist sering disebut dengan istilah gelombang/wave dan menimbulkan kontroversi/perdebatan, mulai dari feminis gelombang pertama (first wave feminism) dari abad 18 sampai ke pra 1960, kemudian gelombang kedua setelah 1960, dan bahkan gelombang ketiga atau Post Feminism. Istilah feminis kemudian berkembang secara negatif ketika media lebih menonjolkan perilaku sekelompok perempuan yang menolak penindasan secara vulgar (mis: membakar bra). Sebenarnya, setiap orang yang menyadari adanya ketidak adilan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan karena jenis kelaminnya, dan mau melakukan sesuatu untuk mengakhiri ketidak adilan/diskriminasi tersebut, pada dasarnya dapat disebut feminis. Batasan ini memang beragam dan terkadang diperdebatkan, mulai dari apakah seseorang itu harus perempuan, bisakah secara organisatoris serta merta disebut feminis, sampai di mana tingkat kesadaran dan pengetahuannya mengenai bentuk dan akar masalah ketidak adilan/diskriminasi, serta bagaimana orientasi ke depan dari orang tersebut
 Teori yang berpijak pada keadaan dimana jenis kelamin dipandang sebagai sebuah sumbu organisasi sosial yang fundamental dan tak bisa direduksi yang telah menempatkan perempuan dibawah lelaki. Teori feminisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu teori feminisme liberal, teori feminisme Marxis-Sosialis dan teori feminisme radikal.
1.      Teori Feminisme Liberal
Teori ini berpendapat bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Karena itu perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Meskipun demikian, kelompok feminis liberal menolak persamaan secara menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa hal masih tetap ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun juga, fungsi organ reproduksi bagi perempuan membawa konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat (Ratna Megawangi, 1999: 228). Pada teori ini mengatakan bahwa perempuan diintegrasikan secara total dalam semua peran, termasuk bekerja di luar rumah. Dengan demikian, tidak ada lagi suatu kelompok jenis kelamin yang lebih dominan. Organ reproduksi bukan merupakan penghalang bagi perempuan untuk memasuki peran-peran di sektor publik.
2.      Teori Feminisme Marxis-Sosialis
Teori Feminisme ini bertujuan mengadakan struktur masyarakat agar tercapai kesetaraan gender. Ketimpangan gender disebabkan oleh sistem kapitalisme yang menimbulkan kelas-kelas termasuk di dalam keluarga. Teori ini  mengadopsi teori praxis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum perempuan sadar bahwa mereka merupakan ‘kelas’ yang tidak diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah usaha untuk membangkitkan rasa emosi para perempuan agar bangkit untuk merubah keadaan (Ratna Megawangi, 1999: 225). Berbeda dengan teori sosial-konflik, teori ini tidak terlalu menekankan pada faktor akumulasi modal atau pemilikan harta pribadi sebagai kerangka dasar ideologi. Teori ini lebih menyoroti faktor seksualitas dan gender dalam kerangka dasar ideologinya. Teori ini juga tidak luput dari kritikan, karena terlalu melupakan pekerjaan domistik. Marx dan Engels sama sekali tidak melihat nilai ekonomi pekerjaan domistik. Pekerjaan domistik hanya dianggap pekerjaan marjinal dan tidak produktif. Padahal semua pekerjaan publik yang mempunyai nilai ekonomi sangat bergantung pada produk-produk yang dihasilkan dari pekerjaan rumah tangga, misalnya makanan yang siap dimakan, rumah yang layak ditempati, dan lain-lain yang memengaruhi pekerjaan publik tidak produktif. Kontribusi ekonomi yang dihasilkan kaum perempuan melalui pekerjaan domistiknya telah banyak diperhitungkan oleh kaum feminis sendiri. Kalau dinilai dengan uang, perempuan sebenarnya dapat memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dari sector domistik yang dikerjakannya (Ratna Megawangi, 1999: 143).
3.       Teori Feminisme Radikal
Teori ini berkembang pesat di Amerika Serikat pada kurun waktu 1960-an dan 1970-an. Meskipun teori ini hampir sama dengan teori feminisme Marxis-sosialis, teori ini lebih memfokuskan serangannya pada keberadaan institusi keluarga dan sistem patriarki. Keluarga dianggapnya sebagai institusi yang melegitimasi dominasi laki-laki (patriarki), sehingga perempuan tertindas. Feminisme ini cenderung membenci laki-laki sebagai individu dan mengajak perempuan untuk mandiri, bahkan tanpa perlu keberadaan laki-laki dalam kehidupan perempuan. Elsa Gidlow mengemukakan teori bahwa menjadi lesbian adalah telah terbebas dari dominasi laki-laki, baik internal maupun eksternal. Martha Shelley selanjutnya memperkuat bahwa perempuan lesbian perlu dijadikan model sebagai perempuan mandiri (Ratna Megawangi, 1999: 226). Karena keradikalannya, teori ini mendapat kritikan yang tajam, bukan saja dari kalangan sosiolog, tetapi juga dari kalangan feminis sendiri. Tokoh feminis liberal tidak setuju sepenuhnya dengan teori ini. Persamaan total antara laki-laki dan perempuan pada akhirnya akan merugikan perempuan sendiri. Laki-laki yang tidak terbebani oleh masalah reproduksi akan sulit diimbangi oleh perempuan yang tidak bisa lepas dari beban ini.

KATA TUGAS


SINONIM KATA TUGAS
Kata tugas ialah kata atau frasa yang tidak berfungsi sebagai unsur inti dalam sesebaris kalimat/frasa.
MACAM-MACAM KATA TUGAS
Kata tugas terbagi menjadi beberapa kelompok diantaranya yaitu:
·         Kata depan
-          di→pada(daripada,kepada)
contoh : Dia mendalami pengetahuan agamanya di madrasah aliyah.
               Pemeriksaan semester kedua akan berlangsung pada bulan oktober.
-          Bagi → untuk
Contoh: Rumah untuk / bagi anak-anak yatim itu akan dinaik taraf
-          Tentang → mengenai
Contoh : Mereka membicarakan tentang kebersihan sekolah
-          umpama→bagai→laksana→seperti
contoh : Dia menurutkan hati mudanya yang keras bagai batu.
·         Kata penghubung
-          Kata Penghubung Pertentangan :tetapi→ akan tetapi,melainkan → namun
-          Kata Penghubung Temporal (waktu) :apabila → bila → bilamana, sambil→ seraya →  selama →sementara, sedari → sejak  → semenjak
-          Kata Penghubung Final (tujuan) : supaya → agar
-          Kata Penghubung Tak Bersyarat :walaupun→ meskipun →biarpun
-          Kata Penghubung Penjelas (penetap) :bahwa/bahwasanya
-          Kata Penghubung Pembenaran (konsesif) :seperti.,serupa
-          Kata Penghubung Urutan : mula-mula-pertama-tama
-          Kata Penghubung Situasi: sedangkan, padahal

·         Kata keterangan aspek
-          Aspek Duratif: sedang, sementara.
-          Aspek Perfektif: sudah, telah

CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur keta panjatkan kehadirat allah SWT karna kita masih diberikan kesempatan dalam menyelesaikan tugas ini. Dalam penyelesaian tugas penelitian campur kode ini, penulis masih mengalami beberapa hambatan baik dalam proses pengumpulan data dan dalam merampungkan bahan. Semoga dalam tugas ini penulis dapat memberikan sedikit tambahan pengetahuan bagi semua yang membutruhkan bahan dari campur kode.
Makassar, 20 oktober 2011


Risnawati














DAFTAR ISI

Halaman judul……………………………………………………………………………………i
Kata pengantar…………………………………………………………………………………..1
Daftar isi………………………………………………………………………………………….2
BAB 1. Pendahuluan……………………………………………………………………………3
BAB 2. Pembahasan……………………………………………………………………………4
2.1. Pengertian campur kode…………………………………………………………..4
2.2. Macam-macam campur kode…………………………………………………….4
2.3. Campur kode pada komunitas facebook…………..……………………………5
BAB 3.Penutup…………………………………………………………………………………..6
            3.1. simpulan……………………………………………………………………...……..6
            3.2. saran……………………………………………………………………………..….6
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………..7









BAB I
PENDAHULUAN

Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, ataupun pesan kepada orang lain. Melalui bahasa terungkap sesuatu yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar, penulis kepada pembaca, dan penyapa kepada pesapa. Seorang penutur yang menyampaikan perasaan dan pikiran lewat tuturannya terlebih dahulu telah menyeleksi bentuk-bentuk kata yang akan disampaikannya kepada lawan tuturnya. Hal ini berlangsung secara sadar atau tidak sadar. Sadar artinya seorang penutur dengan sengaja memilih bentuk kata tertentu karena ia mempunyai maksud-maksud tertentu.
Penutur bahasa yang mempunyai kemampuan menggunakan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian untuk dapat menggunakan dua bahasa, disebut bilingualisme. Seorang bilingualisme harus menguasai kedua bahasa itu. Bahasa pertama adalah bahasa ibu (B1), dan bahasa kedua adalah bahasa lain (B2). Mengatakan menguasai dua bahasa dapat berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek atau ragam dari bahasa yang sama. Dalam masyarakat yang bilingual maupun multilingual sering terjadi peristiwa alih kode dan campur kode. Alih kode, yaitu beralihnya penggunaan suatu kode (bahasa ataupun ragam bahasa tertentu) ke dalam kode lain (bahasa atau ragam bahasa lain) Sedangkan campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten Kachru.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Campur Kode
            Di antara sesama penutur yang bilingual atau multilingual sering dijumpai suatu gejala yang dapat dipandang sebagai suatu kekacauan berbahasa. Fenomena ini berbentuk penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam satu kalimat. Dengan demikian campur kode dapat didefenisikan sebagai penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam satu wacana.
Chaer dan Agustina (1995:114) menjelaskan bahwa campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih atau dua varian dari sebuah bahasa dalam suatu masyarakat tutur, di mana salah satu merupakan kode utama atau kode dasar yang digunakan yang  memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan saja. Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu bahasa tertentu. Serpihan di sini dapat berupa kata, frasa, atau unit bahasa yang lebih besar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh penutur dalam suatu percakapan.
2.2. Macam-macam campur kode
            Dalam kehidupan sehari-hari, kita bahkan tidak menyadari pada saat berkomunikasi, seringkali penutur menggunakan dua bahasa (campur kode). Campur kode yang digunakan dapat berupa penyisipan kata, frasa, atau klausa. Contohnya campur kode pada komunitas facebook.


2.3. campur kode pada komunitas facebook
            Campur kode pada peristiwa tutur komunitas facebook dapat dilihat dari beberapa contoh status facebook dan identifikasi faktor penyebab penutur menggunakan campur kode, antara lain:
Status Facebook
Inho Naemot Sevenfold
WaktuNya shaLat juM'at,,,
Go tO mesjid iMaM boNjoL....:):D
Pada peristiwa tutur dalam status facebook tersebut,penutur  menggunakan campur kode bahasa Inggris kedalam struktur bahasa Indonesia. penutur yang berumur ± 20 tahun menggunakan campur kode tersebut karna beberapa faktor diantaranya, dalam bahasa facebook tidak hanya 1 atau dua penutur dengan bahasa tutur yang berbeda sehingga penutur menggunakan bahasa ingris, selain itu, faktor lainnya yaitu karena dipengaruhi oleh umur si penutur. Pada usia tersebut dapat dikatakan masa dimana penutur ingin mengeksplor apapun yang ingin dikatakan.
Hardi Nyonyonkk
Tugas tugas.......bikin mangngang
Pada contoh di atas menggunakan campur kode bahasa Makassar kedalam struktur bahasa Indonesia. pada peristiwa tutur tersebut, penutur yang berusia ± 20 tahun yang merupakan suku bugis dengan bahasa asal yaitu bahasa bugis namun dalam peristiwa tutur dalam status facebook, penutur dipengaruhi beberapa faktor diantaranya karna penutur saat ini banyak bergaul dan bertempat tinggal di lingkungan masyarakan penutur bahasa Makassar. Selain itu karna penutur berusaha menyesuaikan diri agar terlihat santai dalam menuturkan kalimat yang singkat namun dapat dimengerti lawan tutur lainnya.
Scery Cery
happy b'day papaQ cyng
smua ini ada karena mu dan hasil dari semua ini hanya untukmu.
Pada contoh di atas menggunakan campur kode bahasa Inggris kedalam struktur bahasa Indonesia. Pada peristiwa tutur tersebut, penutur yang berusia ±20 tahun yang merupakan penutur asli bahasa Enrekang mencampurkan kode bahasa ingris kedalam bahasa Indonesia karna beberapa faktor, diantaranya : penutur saat ini merupakan seorang mahasiswa, penutur terbawa dalam kebiasaan penutur-penutur lainnya yang menggunakan bahasa Ingris untuk memberikan ucapan selamat kepada oranglain.
Ifha Haerunniisa Chewewetzangadzz
‎.seLamat buat teman* estetika 2011 ats penampiLan yg membangga.kan...
Be the best .
Pada contoh di atas menggunakan campur kode bahasa Inggris kedalam struktur bahasa Indonesia. pada peristiwa tutur tersebut, penutur yang berumur ±17 tahun yang merupakan penutur asli bahasa Makassar namun pada peristiwa tutur ini penutur mencampurkan bahasa ingris dengan bahasa Indonesia karna dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya karna penutur dipengaruhi oleh umur yang ingin terlihat lebih gaul .







BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
            Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Penggunaan bahasa pada komunitas facebook seringkali menggunakan campur kode.
           
3.2. SARAN
            Dari pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa penggunaan campur kode dalam komunitas facebook merupakan kewajaran, namun untuk lebih baik baik jika dalam komunitas facebook tersebut penggunaan kata-kata ataupun kalimat baku, sehingga dapat meningkatkan pemahaman penguasaan kosakata baku dalam bahasa Indonesia.











DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.